Masih basah kenangan indah
Zaman cemerlang era gemilang
Ketika Rasul ada di sisi
Para sahabat mentadbir bumi
Zaman nubuwah era khulafah
Islam laksana api yang membara
Menerangi teman dan juga sahabat
Bahang panasnya membakar lawan
Di celah itulah…
Kami mengatur langkah.
Membina sebuah thoifah
Disini bara tak pernah padam
Digenggam kukuh sebuah azzam
Ayolah para mujahid
Ayolah para mujahidah
Kita tinggalkan zaman fitnah
Kita tegakkan kalimat Allah
Kita ciptakan dunia baru Islam
(The Zikr….)
Tembang lawas itu kembali terngiang di telingaku. Aku masih hapal. Itu Nasyid pertama yang sy dengar. Sekitar 10 tahun yang lalu. Di saat semangat masih begitu membara dan membaja. Ketika itu masih ada sisa-sisa rezim Soeharto. Ngaji masih sembunyi-sembunyi. Kitab-kitab rujukan yang “subversif” belum berani dikeluarkan di tempat umum. Mempersoalkan pancasila sebagai asas tunggal masih tabu dan berbahaya.
Itu dulu… Teman2 seperjuanganku begitu pesat melesat dalam dunia dakwah. Aku tertinggal, terseok, terlibas.. Waktu 10 tahun sudah cukup membuat mereka dewasa di pesantren virtual ala harakah. Kini nafas tinggal satu satu. Menunggu pukulan terakhir dan mematikan untuk menghentikan gerak langkahku.
Menghela nafas terasa begitu berat. Menanti angin segar. Menunggu mukjizat dari langit adalah hal yang sia-sia. Berbicara dan menulis saja tak akan berarti. Aku ingin bangkit kembali dari mimpi buruk yang menyenangkan namun bisa menyumbat aliran darahku.
Saatnya membina kembali sebuah thoifah. Membesarkan kembali bara semangat perjuangan. Janji akan kembali kupegang kukuh. Janji yang sudah pasti kebenarannya. Janji untuk orang2 dalam thoifah manshurah… Islam pasti jaya kembali. Khilafah Rasyidah ala Minhajin Nubuwah pasti tegak.
Filed under: Cerita Hati | Tagged: Cerita Hati, dakwah, gerakan Islam, harakah, perjuangan |
punya MP3 nya ga?
minta dong..
Hmm MP3-nya ketinggalan di kampung. Ntar sy coba search….. Makasih atas kunjungannya..
Manis sekali syairnya… dibaca maupun di hati ..
Salam takzim.
Trima kasih..
Salam ukhuwah..
bergabung dalam thaifah manshurah adalah pilihan tepat namun berat. tak hanya pemikiran yang disiapkan namun pengorbanan yang tiada tara
Benar sekali Bang…
Perjuangan menegakkan kalimat Allah mmg berat, tapi itulah salah satu jalan untuk menggapai cintanya.